Old school Swatch Watches

Home || Back
Dan Asas Yang Dibangun di Atasnya Al Jama'ah Adalah Para Shahabat Radhiallahu'anhuma (Bagian 1)
Berkata Al Imam Al Barbahari Rahimahullahu Ta'ala:
والأساس الذي بينا عليه الجماعة هم أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم رحمهم الله أجمعين وهم أهل السنة والجماعة فمن لم يأخذ عنهم فقد ضل وابتدع وكل بدعة ضلالة والضلال وأهله في النار قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه لا عذر لأحد في ضلاله ركبها حسبها هدى ولا في هدى تركه حسبه ضلاله فقد بينت الأمور وثبتت الحجة وانقطع العذر وذلك أن السنة والجماعة قد أحكما أمر الدين كله وتبين للناس فعلى الناس الاتباع
Dan Asas yang dibangun di atasnya Al Jama'ah adalah para shahabat Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam - Radhiallahu'anhu ajma'in-. Mereka itulah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Barang siapa yang tidak mengambil dari mereka berarti dia telah sesat dan berbuat bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan serta pelakunya tempatnya di neraka.
Berkata Umar ibnu Khathab Radhiallahu'anhu, "Tidak ada udzur (alasan) bagi seorang pun dalam kesesatan yang ia kerjakan karena dia sangka sebagai petunjuk, dan tidak pula dalam petunjuk yang ia tinggalkan karena ia sangka sebagai kesesatan, sebab semua perkara telah dijelaskan, hujjah telah tegak dan telah terputus udzur. Yang demikian itu dikarenakan As Sunnah dan Al Jamaah telah menjelaskan semua perkara agama ini dan telah jelas bagi manusia maka kewajiban manusia adalah tinggal mengikuti. [Atsar ini dikeluarkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra no. 162 dan isnadnya munqathi'. Dikeluarkan juga oleh Al Imam Al Marwazi dalam As Sunnah no. 95 dari Umar ibnu Abdul Aziz. Dinukil dari Muhaqqiq Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari yakni Syaikh Yasir Ar Radadi]

Syaikh Allamah Ahmad bin Yahya An Najmi
[Bagian 1]
Aku katakan: Para shahabat nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam -Radhiallahu 'anhuma-, mereka adalah asas manhaj Salafy yang ditempuh oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Lalu siapakah yang dimaksud shahabat Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam, jawabnya: Shahabat Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam adalah setiap orang yang bersahabat dengan beliau Shallallahu'alaihi wasallam meskipun hanya sesaat atau berjumpa dengannya Shallallahu'alaihi wasallam meskipun hanya sekali. Inilah pengertian shahabat.
Sedangkan Ahlul Musthalah mengatakan, shahabat adalah semua orang yang berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dalam keadaan ia beriman kepadanya, dan ia mati di atas keimanan tersebut meski diselingi oleh kemurtadan, menurut pendapat yang shahih. Definisi ini mencakup semua orang yang tahu Nabi Shallallahu'alaihi wasallam dan melihatnya ketika orang tersebut sudah mumayyiz (berakal dan bisa membedakan - ed.).
Dengan demikian, yang dinamakan dengan shahabat itu musti harus berjumpa dengan nabi Shallallahu'alaihi wasallam dalam keadaan ia mengimani bahwa beliau Shallallahu'alaihi wasallam adalah Rasulullah. Sehingga keluar dengan syarat tersebut orang-orang yang didatangkan kepada nabi Shallallahu'alaihi wasallam kemudian beliau Shallallahu'alaihi wasallam tahnik dalama keadaan mereka masih kecil belum dilahirkan, seperti Ibnu Abi Thalhah, Muhammad bin Abi Bakar, dan yang semisal dengannya. Karena sesungguhnya mereka tidak termasuk shahabat.
Adapun perkataan "meskipun diselingi dengan kemutadan" maka sesungguhnya perbuatan murtad tersebut tidak mengeluarkan mereka dari ketegori shahabat, seperti Al Asy'ats bin Qais, Thulaihah Al Asadi, Amr bin Ma'dikarib, Uyainah bin Hushn, dan yang semisalnya. Karena sesungguhnya mereka sepeninggal nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah melarikan diri dari Islam kemudian kembali lagi memeluk agama Islam setelah itu. Dan Allah Tabaroka wata'ala memberikan manfaat melalui mereka dalam ekspansi Islam. Maka berdasarkan hal itu tidaklah hilang label shahabat dari mereka, akan tetapi hilang label tersebut dari orang-orang Murtad dan dia mati di atas kemurtadannya, seperti Rajjal ibnu Anfuwah Al Hanafi yang mempersaksikan bahwa Musaillamah Al Kadzdzab adalah seorang nabi. Wal'iyadzubillah.
Adapun berkenaan dengan keutamaan para shahabat Radhiallahu'anhuma maka banyak sekali ayat-ayat dan hadits- hadits yang menunjukkan hal itu. Di antara ayat-ayat tersebut firman Allah Ta'ala,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat- sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal yang salih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al Fath: 29)
Seperti juga firman-Nya,
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang- orang muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka." (At Taubah: 117)
Dan firman Allah Ta'ala,
وَمِنَ الأعْرَابِ مَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ قُرُبَاتٍ عِنْدَ اللَّهِ وَصَلَوَاتِ الرَّسُولِ أَلا إِنَّهَا قُرْبَةٌ لَهُمْ سَيُدْخِلُهُمُ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga) Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (At Taubah: 99)
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang- orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga- surga yang mengalir sungai- sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama- lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At Taubah: 100)
Demikian juga firman Alah dalam surat Al Hasyr,
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
"(Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al Hasyr: 8 )
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung."(Al Hasyr: 9)
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (Al Hasyr: 10)
Nabi Shallallahu'alaihi wasallam telah memerintahkan untuk memuliakan para shahabat Radhiallahu'anhuma serta mengetahui atsar-atsar dan sunnah-sunnah mereka Radhiallahu'anhuma. Beliau Shallallahu'alaihiw asallam bersabda berkenaan dengan hadits iftiraqul ummah (perpecahan umat) ketika menyebutkan sifat Firqatun najiyah (golongan yang selamat),
مَا أَنَا عَلَيْهِ الْْيَوْمَ وَأَصْحاَبِي
"Mereka berada pada apa yang aku dan sahabatku berada pada hari ini." [HR Tirmidzi dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab Shahih Al-Jami' no. 5218]
Dalam hadits irbadh ibnu Sariyah Radhiallahu'anhu,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ تَمَسَّكُوْا بِهاَ وَعَضُّوْا عَلَيْهاَ بِالنَّوَاجِذِ،
"
Maka wajib bagi kalian (berpegang-teguh) dengan sunnahku dan Sunnah Al-Khulafa` Ar-Rasyidin setelahku yang terbimbing. Berpegang teguhlah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian "
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Al Irwa', no. 2455)
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra melalui berbagai jalan bahwa Umar ibnu Khatab Radhiallahu'anhu pernah menyampaikan khutbah di Jabiyah seraya mengatakan, "Wahai Manusia, saya berdiri di antara kamu sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri di antara kami dan berkata:
"Saya wasiatkan kamu untuk berpegang kepada para sahabatku, kemudian yang datang sesudahnya, kemudian yang datang sesudahnya" [Dikeluarkan oleh At Tirmidzi, Imam Ahmad, Ibnu Majah, Dishahihkan oleh Imam Al Albani dalam Shahihul jami' (1 /498 ) no. 2546]
Dalam kisah Bani Judzaimah, tatkala khalid ibnu Walid Radhiallahu'anhu (selaku komandan perang) mengintruksikan agar terus memerangi mereka, padahal mereka (Bani Judzaimah) mengatakan, "Shaba'na" yakni "Aslamna" (kami mAsuk Islam), maka Abdurrahman ibnu Auf Radhiallahu'anhu melarang Khalid ibnu Walid Radhiallahu'anhu sehingga terjadi percekcokan di antara keduanya. Khalid ibnu Walid Radhiallahu'anhu berkata kepada Abdurrahman ibnu Auf Radhiallahu'anhu, "apa yang kalian banggakan terhadap kami, tidak lain hanyalah beberapa hari kalian mendahului kami (masuk Islam)". Kemudian Abdurrahman ibnu Auf Radhiallahu'anhu mengadukan Khalid ibnu Walid Radhiallahu'anhu kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, maka nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, karena jika seandainya saja ada diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, tidak akan mampu mencapai satu mud yang mereka infakkan, bahkan tidak pula setengahnya.(HR. Muslim).
Dan dalam riwayat lain,
"Janganlah kalian mencela salah satu di antara sahabat=sahabatku, jika seandainya saja ada diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, tidak akan mampu mencapai satu mud yang mereka infakkan, bahkan tidak pula setengahnya.(HR. Muslim).
Aapabila hal ini dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam kepada shahabat Radhiallahu'anhuma yang agak terahir masuk Islam berkenaan dengan haq salah seorang shahabat yang terlebih dahulu masuk Islam, maka bagaimana dengan selain mereka?
Dari paparan ini jelaslah para shahabat Radhiallahu'anhuma adalah asas Ahlus Sunnah wal Jamaah. Barangsiapa yang tidak mengambil dari mereka Radhiallahu'anhuma maka dia telah sesat. Maka hal ini bisa dijadikan hujjah untuk membantah orang-orang khawarij yang mengkafirkan para shahabat Radhiallahu'anhuma dan tidak mau mengambil sunnah dari mereka Radhiallahu'anhuma. Dikarenakan hal itulah mereka sesat dan nabi Shallallahu'alaihi wasallam mengabarkan bahwa khawarij keluar dari agama ini seperti keluarnya (menembusnya) anak panah dari sasarannya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk dan tabiat yang ada. Mereka adalah anjing-anjing neraka. Dan tidaklah mereka seperti itu kecuali dikarenakan mereka meninggalkan sunnah yang dibawa oleh para shahabat Radhiallahu'anhuma. Tidak bermanfaat sedikitpun amalan mereka membaca Al Quran, tidak pula banyaknya shalat dan ibadah mereka, bahkan mereka adalah anjing-anjing neraka dan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda tentang mereka,
لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ قَتَلْتُهُمْ قَتْلَ عَادٍ
"Sungguh jika aku sempat menjumpai mereka, aku akan perangi mereka, aku akan tumpas layaknya kaum Aad." (Muttafaqun alaihi)
Dalam riwayat lain,
"Sungguh jika aku sempat menjumpai mereka, aku akan perangi mereka, aku akan tumpas layaknya kaum Tsamud."
Apa sebabnya orang-orang khawarij menjadi sesat? Yang menyebabkan mereka tersesat adalah perbuatan mereka meninggalkan sumber kedua dari sumber syariat Islam dan mengkafirkan para pembawanya. Mereka ingkari keutamaan para shahabat Radhiallahu'anhuma dan menghukumi mereka Radhiallahu'anhuma sebagai orang-orang yang murtad serta kekal di neraka. Mereka memandang bolehnya memberontak kepada pemerintahan Muslim sehingga mereka keluar memberontak kepada Ali ibnu Abi Thalib Radhiallahu'anhu. Maka Ali Radhiallahu'anhu pun memerangi mereka serta membunuh sebagian besar dari mereka (tidak tersisa kecuali beberapa orang dari mereka, -pent).
Oleh karena itu, barangsiapa yang mencari petunjuk bukan dari sumber aslinya niscaya Allah Subhanahu wata'ala akan menyesatkannya. Dan sumber syariat Islam adalah kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam.
Tidak cukup salah satunya saja tanpa yang lain. Al Quran tidak akan bisa diketahui makna- makna dan maksud-maksudnya kecuali dengan sunnah dan amalan para shahabat Radhiallahu'anhuma.
Imran ibnu Husain telah mengingkari orang yang mengatakan kepadanya, "janganlah kalian berbicara kecuali dengan apa yang ada di dalam Al Quran". Maka Imran ibnu Husain berkata kepadanya, "sungguh kamu sangat bodoh lagi dungu. Apakah kamu mendapatkan di dalam Al Quran yang menyatakan sholat Dzuhur empar rakaat, sholat Ashar empat rakaat, tidak menyaringkan bacaan sedikitpun padanya? atau sholat Maghrib tiga rakaat, mengeraskan bacaan pada rakaat pertama dan kedua serta tidak mengeraskannya pada rakaat ketiga? dan Isya empat rakaat, mengeraskan bacaan pada dua rakaat pertama dan tidak mengeraskannya pada dua rakaat terahir? serta shalat Shubuh dua rakaat, mengeraskan bacaan pada keduanya?"
Yakni bahwa Sunnah itu menjelaskan Al Quran, sedangkan yang menyampaikan Sunnah adalah Shahabat Radhiallahu'anhuma, pada merekalah Radhiallahu'anhuma poros As Sunnah, dengan mereka Radhiallahu'anhuma kita mencontoh dan pada diri mereka Radhiallahu'anhuma terdapat suri tauladan. maka wajib bagi kita untuk mengikuti jalan dan manhaj mereka Radhiallahu'anhuma serta apa yang mereka Radhiallahu'anhuma anut. Barangsiapa yang tidak mau melakukan hal ini maka ia telah tersesat dan mengadakan bid'ah.
Bersambung..... Insya Allah
[Dari Kitab Irsyaadus Saari ila Taudhihi Syarhis Sunnah lil Imam Al Barbahari, Edisi Indonesia Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah di Tengah Badai Fitnah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi, Penerbit Maktabah Al Ghuroba, hal 69-78]
http://sunniy.wordpress.com/2008/07/28/dan-asas-yang-dibangun-di-atasnya-al-jamaah-adalah-para-shahabat-radhiallahuanhuma-bagian-1/
Diposkan Pada 1 juni 2009

Iklan dari Host: