Dan Meyakini Bahwasanya Iman Adalah Perkataan, Perbuatan, dan Niat. Bisa Bertambah dan Berkurang
Berkata Al Imam Al Barbahari Rahimahullahu Ta'ala: والإيمان بأن الإيمان قول وعمل ونية يزيد وينقص يزيد ما شاء الله وينقص حتى لا يبقى منه شيء Dan meyakini bahwasanya iman adalah perkataan, perbuatan, dan niat [1 ]. Bisa bertambah dan berkurang. Bertambah sesuai dengan yang dikehendaki Allah Azza wajalla dan berkurang hingga tak tersisa sedikitpun [2].
Syaikh Allamah Ahmad bin Yahya An Najmi
Perkataan beliau (Al Imam Al Barbahari Rahimahullah): والإيمان بأن الإيمان قول وعمل ونية "Dan meyakini bahwasanya iman adalah perkataan, perbuatan, dan niat." Yakni mengucapkan dengan lisan, beramal dengan anggota badan, dan membenarkan dengan hati. Dalam kalimat ini terdapat bantahan bagi golongan Murji'ah yang mengatakan bahwasanya iman itu hanya sekedar pembenaran dengan hati. Dan sebagian mereka memasukkan ke dalam iman tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat, bukan yang lainnya, sedangkan ucapan yang lainnya tidak termasuk iman. Sebagian lagi dari mereka tidak memasukkan itu semua ke dalam pengertian iman. Semuanya salah! Seringan-ringan golongan Murji'ah adalah mereka yang tidak memasukkan amalan dalam kategori keimanan. Inilah yang dinamakan dengan golongan irja' dari kalangan Fuqaha. Adapun Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka mengatakan bahwa iman itu harus mencakup gabungan antara hati, lisan, dan amalan. Adapun hati meyakini, lisan mengucapkan, dan anggota badan mengamalkannya. Apabila seorang hamba telah mengucapkan: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً رَسُوْلُاللهُُ "Aku bersaksi bahwsanya tidak ada Ilah yang haq selain Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah rasul Allah" Maka dia harus mengucapkannya dalam keadaan ia meyakini maknanya bahwa uluhiyah (haq untuk diibadahi) hanya disandang oleh dzat yang berhak menyandangnya yaitu Allah Subhanahu wata'ala. Dan itulah konsekuensi dari syahadat لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ "Bahwasanya tiada Ilah selain Allah" Maka semua sesembahan yang ada di bumi ini, mereka itu disembah dan diibadahi secara bathil dan diibadahi dengan cara yang tidak benar. Ubudiyah tidak layak disandang kecuali oleh Allah Subhanahu wata'ala. Yang berada di atas langit beristiwa' di atas 'Arsy, dengan istiwa' yang sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Dia terpisah jauh dari makhluk-makhluk-Nya, namun ia mengetahui segala sesuatu yang mereka kerjakan, mengetahui bisikan-bisikan hati, pandangan-pandangan mata, ucapan-ucapan lisan dan gerak- gerik anggota badan serta mendengar segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya, baik di bumi maupun di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Apabila ia telah bersyahadat bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah, ia harus meyakini hal itu dengan hatinya, mengucapkan dengan lisannya, dan beramal dengan anggota badannya. Ia meyakini bahwa Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam adalah rasul yang diutus dari sisi Allah Ta'ala untuk menyampaikan risalah-Nya. Adapun apabila ia mengucapkannya tanpa disertai adanya keyakinan maka syahadat tersebut tidak bermanfaat sama sekali bagainya. Seperti ucapan orang- orang munafik tatkala mereka datang meenmui Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, mereka mengatakan, نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ "Kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasul (utusan) Allah." Maka Allah mendustakan apa yang mereka ucapkan dengan firman-Nya: وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ " Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar- benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta."(Al Munaafiquun: 1) Dan Allah berfirman dalam ayat yang lainnya: سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ الأعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا "Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Fath: 11) Dengan ini kamu mengetahui, bahwasanya keimanan yang sejati tidak akan terwujud hingga terkumpul padanya hati, lisan, dan anggota badan. Apabila tidak terkumpul ketiga hal ini maka tidak ada yang namanya keimanan. Kita mengatakan seperti apa yang telah dikatakan oleh para ulama salaf, bahwasanya iman adalah perkataan, perbuatan, dan niat. Bertambah dengan ketaatan serta berkurang dengan kemaksiatan. Dan dalil-dalil tentang bertambah dan berkurangnya keimanan dalam Al Quran sangat banyak sekali. Bahkan Al Imam Al Bukhari telah membuat bab tersendiri berkenaan dengan bertambah dan berkurangnya keimanan dan beliau berdalil dengan beberapa ayat dan hadits. Di antara ayat- ayat tersebut adalah firman Allah Subhanahu wata'ala, وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلا مَلائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ وَمَا هِيَ إِلا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ "Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki- Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia." (Al Muddatstsir: 31) Dan dalam firman Allah, الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا "Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana," (Al Fath: 4) Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lainnya, bagi siapa saja yang menghendaki silahkan merujuk Kitabul Iman dalam kitab Shahih Bukhari. Barangsiapa yang mengatakan bahwa keimanan itu tidak bertambah dan tidak pula berkurang, dan bahwasanya keimanan dirinya sama dengan keimanan Jibril 'Alaihis salam, maka sungguh dia telah berdusta dan mengada-adakan kebohongan. Wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta'ala, dan wajib baginya mencabut perkataan ini dari dirinya. ketaatan dapat menambah keimanan dan menumbuhkannya, dan maksiat menguranginya. Semakin bertambah kemaksiatan maka semakin berkurang keimanan. Semakin bertambah ketaatan maka semakin bertambah sempurna pula keimanan yang ada pada dirinya. Wabillahit taufiq. [Dari Kitab Irsyaadus Saari ila Taudhihi Syarhis Sunnah lil Imam Al Barbahari, Edisi Indonesia Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah di Tengah Badai Fitnah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi, Penerbit Maktabah Al Ghuroba, hal 181-184 ] Footnote [1] Dalam naskah Ar Radadi tertulis: "Niatun wa ishabah" Dan yang di maksud dengan Ishabah di sini adalah mutaba'ah (mengikuti) nabi Shallallahu'alaihi wasallam dalam setiap perkataan dan perbuatan. [2 ] Berkata Al Muhaqiq Al Qahthani: "Inilah yang disepakati oleh ulama Salafus Shalih, lihatlah kitab As Sunnah karya Abdullah bin Ahmad ( 314-3170)