Nasehat Asy-Syaikh Shalih Abdul Aziz Al-Ghusn (hafizhahullah) untuk Ikhwah
Salafiyyin Indonesia
Penulis:
Asy-Syaikh Shalih Abdul Aziz Al-Ghusn
Segala puji hanya bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala Rabbil
‘alamin, shalawat dan salam
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang merupakan
sebaik-baik makhluk dan yang paling mulianya serta yang sangat indah akhlaknya diantara
mereka, Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyanjung Beliau dengan
firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berada diatas
akhlak yang agung“.[Al Qalam: 4]
dan Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ
الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu“. [Ali ‘Imran: 159]
dan Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga berfirman:
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ
“maka maafkanlah mereka dan
biarkanlah“. [Al Maa-idah: 13]
Ya Ma’syaral Ahibbah! Wahai
sekalian yang aku cintai! Aku
wasiatkan kalian dan diriku
dengan taqwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala baik dalam
keadaan yang nampak ataupun
tersembunyi, dan taqwa kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu
mematuhi segala perintahNya
dan menjauhi semua
laranganNya. Taqwa merupakan
wasiat dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk generasi awal dan
terakhir.
Sebagaimana Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ
أَنِ اتَّقُوا الله
“Dan sungguh Kami telah
mewasiatkan kepada orang-
orang yang diberi kitab sebelum
kamu dan (juga) kepada kamu;
bertakwalah kalian kepada
Allah“. [An Nisaa’: 131]
Maka ini adalah wasiat yang
sangat agung yang mencakup
hak-hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan hak-hak para
hambaNya, agar Allah Subhanahu
wa Ta’ala ditaati tidak
dimaksiati, diingat tidak
dilupakan, disyukuri tidak
dikufuri. Dan taqwa merupakan
wasiat dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana
(yang Beliau sampaikan) didalam
khutbatul wada’. Dan apabila
Beliau mengangkat seseorang
untuk dijadikan komando
pasukan atau tentara Beliau
mewasiatinya dengan taqwa
kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sebagaimana Beliau
mewasiati Mu’adz radhiyallahu
‘anhu dengan ucapannya:
اتق الله حيثما كنت
“Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun engkau berada“.
Dan hendaklah kalian senantiasa
ikhlas serta memperbaiki niat
dalam ilmu dan amal, karena
sesungguhnya kalian
diperintahkan akan hal itu
sebagaimana didalam firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Dan tidaklah mereka itu
diperintah kecuali agar
beribadah kepada Allah dengan
mengikhlaskan agama hanya
kepadaNya“. [Al Bayyinah: 5]
dan:
قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ
دِينِي
Katakanlah: “Hanya Allah saja
Yang aku ibadahi dengan
mengikhlaskan agamaku
kepadaNya.” [Az Zumar: 14]
Maka perbaikilah niat niscaya
engkau akan termasuk dari
ahlinya. Akupun wasiatkan kalian
agar bersemangat terhadap al-
ilmu an-nafi’ (ilmu yang
bermanfaat), tadabburilah Al
Qur`an, dan bersemangatlah
untuk mengikuti sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang Beliau sendiri telah
memerintahkan akan hal itu
dengan sabdanya:
فعليكم بسنتي، وسنة
الخلفاء الراشدين
المهديين من بعدي،
تمسكوا بها، وعضوا عليها
بالنواجذ، وإياكم ومحدثات
الأمور
“Hendaklah kalian mengikuti
sunnahku dan sunnah para al-
khulafa ar-rasyidin al-mahdiyin
(yang telah diberi petunjuk oleh
Allah) setelahku, berpegang
teguhlah dengannya, dan
gigitlah dengan gigi-gigi
geraham, dan jauhilah oleh
kalian perkara-perkara yang
baru didalam agama“.
Akupun wasiatkan kalian dengan
sesuatu yang mana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkannya didalam
sabdanya:
لا تحاسدوا ولا تباغضوا
ولا تدابروا ولا يبع
بعضكم على بيع بعض
وكونوا عباد الله إخوانا
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ ؛ لا
يَظْلِمُهُ ، وَلا يَخْذُلُهُ ، وَلا
يَحْقِرُهُ ، التَّقْوَى هَاهُنَا ، و
يُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثلاث
مرات بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ
أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ
الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ
دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
“Janganlah kalian saling
mendengki, dan janganlah saling
membenci, dan janganlah saling
bermusuhan, dan janganlah
sebagian dari kalian melakukan
penjualan diatas penjualan
sebagian yang lain, dan
hendaklah kalian menjadi
hamba-hamba Allah yang
bersaudara, seorang muslim
adalah saudara bagi muslim
lainnya, janganlah dia
menzholiminya, dan jangan pula
menelantarkannya, dan jangan
pula merendahkannya, taqwa itu
disini, dan Beliau berisyarat
pada dadanya sebanyak tiga
kali, cukuplah seseorang
dikatakan jahat ketika ia
merendahkannya saudaranya
yang muslim, setiap muslim atas
muslim lainnya haram darahnya,
hartanya dan kehormatannya“.
Hadits yang mulia ini dimulai
dengan peringatan dari
perbuatan hasad (dengki),
karena sesungguhnya hasad itu
memakan kebaikan-kebaikan
seperti halnya api melalap kayu
bakar, dan jika engkau
merasakan sesuatu dari sifat
tersebut maka sembunyikanlah,
janganlah engkau
menampakkannya dan jangan
pula membicarakannya, karena
sungguh telah dikatakan bahwa:
ما خلا جسد من حسد, لكن
اللئيم يبديه والكريم
يخفيه
“Tidak ada jasad yang terlepas
dari hasad, akan tetapi orang
yang hina akan
menampakkannya sedangkan
orang yang mulia akan
menyembunyikannya“. Ya
Ahibbati! Wahai sekalian yang
aku cintai! Hendaklah kalian
bersatu, saling mencintai, dan
menyatukan kalimat, serta
melaksanakan hak-hak yang
mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah memerintahkan
dan mewasiatkannya ketika
Beliau bersabda:
حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم
ستٌّ : إِذَا لَقيتَهُ فَسَلِّمْ
عَلَيهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأجبْهُ ،
وإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ
لَهُ ، وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ الله
فَشَمِّتْهُ ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ ،
وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ رواه مسلم
“Hak seorang muslim atas muslim
lainnya ada enam: Jika engkau
bertemu dengannya maka
ucapkanlah salam, Dan jika ia
menyerumu maka penuhilah
seruannya, Dan jika ia meminta
nasehat darimu maka
nasehatilah, Dan jika ia bersin
lalu memuji Allah (yakni
mengucapkan alhamdulillah) maka
doakanlah, Dan jika ia sakit
maka jenguklah, Dan jika ia
wafat maka ikutilah (yakni
mengantarkannya ke
pekuburan)”,
[HR. Muslim.]
Hak-hak atas saudara tidaklah
terbatas pada perkara-perkara
yang disebutkan dalam hadits
diatas, akan tetapi ini hanyalah
merupakan contoh-contoh dan
arahan-arahan yang mana kita
harus memahami dan
memperhatikannya. Akupun
wasiatkan kalian agar
menghormati para Ulama dan
mengambil ilmu dari mereka,
karena sesungguhnya Ulama
adalah pewaris para Nabi, maka
haruslah kita menghormati dan
memuliakan mereka, karena
sesungguhnya Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah mengangkat
derajat dan meninggikan
kedudukan mereka.
Dan jikalau salah seorang dari
mereka keliru didalam sebagian
permasalahan ijtihad, maka hal
itu tidaklah menjadi penghalang
untuk kita istifadah (mengambil
faidah) dari ilmu-ilmu mereka,
dan tidaklah ada yang selamat
dari kesalahan serta kekeliruan
kecuali siapa saja yang dijaga
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
dan kesempurnaan hanyalah
milik Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan hendaklah kalian berhias
dengan akhlak yang baik dan
adab yang mulia, karena
sesungguhnya akhlak yang baik
akan menyebabkan timbangan
alhasanat (amal kebaikan)
menjadi berat, dan sifat itupun
merupakan sebab memasuki
jannah, dan juga sebab yang
dapat menimbulkan rasa cinta
kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan RasulNya, serta
sebab untuk dekat dengan
Beliau di hari kiamat kelak. Dan
tidak ada sesuatupun yang
diletakkan diatas timbangan
seorang hamba yang lebih berat
daripada akhlak yang baik, dan
sungguh seorang yang
berakhlak baik akan sampai
kepada derajat orang yang
melakukan shalat dan shaum
dikarenakannya.
Disebutkan didalam hadits
Abdullah bin Amr radhiyallahu
‘anhuma secara marfu’:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ألا أخبركم بأحبكم إلي
وأقربكم منى مجلسًا يوم
القيامة قالوا بلى قال
أحسنكم خلقًا
“Maukah kalian aku beritahukan
tentang seseorang yang paling
aku cintai dan paling dekat
denganku tempat duduknya
pada hari kiamat kelak?”, para
sahabat menjawab: “tentu”,
Beliaupun bersabda: “dia adalah
orang yang paling baik
akhlaknya diantara kalian“.
Dan disebutkan didalam hadits
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu :
أكثر ما يدخل الجنة تقوى
الله وحسن الخلق
“(Amalan) yang paling banyak
memasukkan ke jannah adalah
akhlak yang baik dan taqwa
kepada Allah“.
Dan termasuk dari perkara
yang akan memperkuat ikatan
persaudaraan, dan
mempersatukan hati, serta
menghilangkan (kejelekan) yang
ada dalam jiwa, yaitu hendaklah
seorang hamba mencintai
saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri, dan
hendaklah menahan diri untuk
menyakiti saudaranya baik itu
dengan tangan, atau lisan,
ataupun yang lainnya.
Sebagaimana disebutkan didalam
hadits Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu, ia berkata:
قلت يا رسول الله أيّ
الأعمال أفضل قال الإيمان
بالله والجهاد في
سبيله, قُلْتُ فَإِنْ لَمْ
أَفْعَلْ ؟ قَالَ : تُعِينُ صَانِعًا
أَوْ تَصْنَعُ لأَخْرَقَ، قُلْتُ :
أرأيْتَ إنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ
العَمَلِ ؟ قَالَ : فكُفّ شَرَّكَ
عَنِ النَّاسِ, فإنَّهَا صَدَقَةٌ
مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku bertanya: “Wahai Rasulallah
amalan apakah yang paling
utama?”, Beliau menjawab: “iman
kepada Allah dan jihad
dijalanNya”, aku bertanya: “jika
aku tidak bisa melakukannya?”,
Beliau menjawab: “hendaklah
engkau menolong orang yang
melakukannya atau engkau
beramal untuk seorang yang
jahil”, aku bertanya: “apa
pendapatmu jika aku tidak
mampu dalam sebagian
amalan?”, Beliau menjawab:
“tahanlah sikap jahatmu dari
manusia, karena sesungguhnya
hal itu adalah shadaqah darimu
untuk dirimu“.
Dan termasuk dari perkara
yang akan mendatangkan rasa
cinta serta akhlak yang baik
yaitu hendaklah memaafkan
kesalahan-kesalahan ikhwan dan
janganlah mencela mereka
dikarenakan kekelirua-keliruan
yang terjadi, dan hendaklah
berusaha dengan sungguh agar
tercipta sedikitnya perselisihan,
dan bersungguh-sungguhlah
untuk tegak diatas
kebersamaan.
Dan jika salah seorang dari
ikhwan tergelincir berbuat
kesalahan, maka carilah
untuknya sembilan puluh udzur,
dan janganlah sibuk dengan aib-
aib ikhwan sedangkan engkau
lupa dengan aib diri sendiri.
Sebagian Ulama rahimahumullah
mengatakan:
المؤمن يطلب معاذير
اخوانه, والمنافق يطلب
عثراتهم
“Seorang mukmin akan mencari
berbagai udzur bagi
saudaranya, sedangkan seorang
munafik akan mencari-cari
segala kesalahan mereka“.
Dan terakhir, ketahuilah:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh
untuk berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan“.
[An Nahl: 90]
Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan (agar kita
berlaku) inshaf dan bersikap adil
dengan seadil-adilnya walaupun
hanya pada diri sendiri, atau
terhadap kedua orang tua,
ataupun terhadap sanak
kerabat. Dan Allah Subhanahu
wa Ta’ala memerintahkan agar
kita bersegera terhadap
perkara yang akan
mendatangkan ampunanNya dan
akan menghantarkan kedalam
jannah yang luasnya seluas
tujuh langit dan bumi, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan bersegeralah kalian kepada
ampunan dari Rabb kalian dan
kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa, (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Dan Allah
mencintai orang-orang yang
berbuat kebajikan“. [Ali ‘Imran:
133-134]
وصلى الله وسلم على
نبينا وعلى آله وأصحابه
ومن اتّبعهم بإحسان الى
يوم الدين
KSA Riyadh, 29 Dzulqo’dah 1430
H
Bertepatan dengan 17
November 2009 M
Ket: Kurang-lebih 20 tahun yang
lalu beliau pensiun dari Majlis Al-
Qadha di kota suci Makkah Al-
Muharramah sebagai Al-Mufti Al-
Qadhi, semenjak itu sampai saat
ini beliau bermukim di kota
Riyadh dan beliau menghabiskan
waktunya untuk duduk di
maktabah.
Beliau adalah Shahibul fadhilah
Asy-Syaikh Al-Mukarram Shalih
bin Abdul Aziz bin Abdillah Al-
Ghusn lahir di Buraidah Al-
Qashim pada tanggal 01 Rajab
tahun 1356 H (berarti usia
beliau sekarang kurang lebih 75
tahun).
[Alih bahasa oleh Syuhada Abu
Syakir Al-Iskandar As-Salafy Al-
Andunisy]
– text asli:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله ربّ العالمين
وصلّى الله وسلّم على
أشرف خلقه وأكرمهم
وأحسنهم خُلُقا أثنى الله
عليه
بقوله: وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ
عَظِيمٍ )4(
وقال تعالى: وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ
)159(
وقال تعالى: فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاصْفَحْ )13(
فيا معشر الأحبّة
أوصيكم ونفسي بتقوى
الله في السّرّ والعلن,
وتقوى الله هي امتثال
أوامره واجتناب نواهيه,
والتقوى وصية الله
للأوّلين والأخرين,
كما قال تعالى: وَلَقَدْ
وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ
أَنِ اتَّقُوا الله )131(
فهي الوصية العظيمة
الجامعة لحقوق الله
وحقوق عباده, بأن يطاع
فلايعصى, ويذكر
فلاينسى, ويشكر
فلايكفر, والتقوى
وصية الرسول صلى
الله عليه وسلم لأمّته
كما في خطبة الوداع,
وكان إذا أمّر أميرا على
جيش أو سرية أوصاه
بتقوى الله, ووصّى بها
معاذا رضي الله عنه
قائلا له: اتق الله حيثما
كنت
وعليكم بالإخلاص وحسن
النية في العلم والعمل,
فإنكم مأمورين بذلك
في قوله تعالى: وَمَا أُمِرُوا
إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ )5(
قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ
دِينِي )14(
فانو الخير تكن من أهله,
كما أوصيكم بالحرص
على العلم النافع, تدبّر
كتاب الله, واتباع سنّة
رسوله صلى الله عليه
وسلم التي حثّ عليها
الرسول صلى الله عليه
وسلم
بقوله: فعليكم بسنتي،
وسنة الخلفاء الراشدين
المهديين من بعدي،
تمسكوا بها، وعضوا عليها
بالنواجذ، وإياكم ومحدثات
الأمور
كما أوصيكم بما أرشد
إليه المصطفى صلى
الله عليه وسلم
بقوله: لا تحاسدوا ولا
تباغضوا ولا تدابروا ولا
يبع بعضكم على بيع
بعض وكونوا عباد الله
إخوانا الْمُسْلِمُ أَخُو
الْمُسْلِمِ ؛ لا يَظْلِمُهُ ، وَلا
يَخْذُلُهُ ، وَلا يَحْقِرُهُ ،
التَّقْوَى هَاهُنَا ، و يُشِيرُ
إِلَى صَدْرِهِ ثلاث مرات
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ
يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ
الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ
دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
فبدأ هذا الحديث الشريف
بالتحذير من الحسد, فإن
الحسد يأكل الحسنات كما
تأكل النار الحطب, وإذا
أحسست شيئً من ذلك
لأحد إخوانك فاكتمه
ولاتظهره ولاتحدّث به,
فإنه قد قيل ما خلا جسد
من حسد, لكن اللئيم
يبديه والكريم يخفيه,
وعليكم ياأحبّتي
بالتآلف والمحبّة وجمع
الكلمة وأداء الحقوق التي
حثّ عليها الرسول صلى
الله عليه وسلم ورغّب
فيها
قائلا: حَقُّ المُسْلِم عَلَى
المُسْلِم ستٌّ : إِذَا لَقيتَهُ
فَسَلِّمْ عَلَيهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ
فَأجبْهُ ، وإِذَا اسْتَنْصَحَكَ
فَانْصَحْ لَهُ ، وإِذَا عَطَسَ
فَحَمِدَ الله فَشَمِّتْهُ ، وَإِذَا
مَرِضَ فَعُدْهُ ، وَإِذَا مَاتَ
فَاتَّبِعْهُ رواه مسلم
وحقوق الإخوة ليست
محصورة في هذه, وإنما هي
نماذج وتوجيهات ينبغي
فهمها والإعتناء بها,
كما أوصيكم باحترام
العلماء والأخذ منهم فإن
العلماء ورثة الأنبياء,
فينبغي احترامهم
واجلالهم, فإن الله رفع
قدرهم وأعلى شأنهم, حتى
ولو غلِط بعضهم في
بعض مسائل الإجتهاد,
فلايكون ذلك مانعا من
الإستفادة من علومهم,
ولايسلَم من الأخطاء الا
من عصَمه الله والكمال
لله وحده,
وعليكم بالأخلاق الحسنة
والآداب الفاضلة فإن
حسن الخلق يثقل ميزان
الحسنات, وهو سبب لدخول
الجنة, والى محبة الله
ومحبة رسوله والقرب منه
يوم القيامة,
فإنه ما من شيئ يوضع
في ميزان العبد أثقل من
حسن الخلق, وإن صاحب
حسن الخلق ليبلغ به
درجة صاحب الصوم و
الصلاة,
وفي حديث عبد الله بن
عمرو رضي الله عنهما
مرفوعا
ألا أخبركم بأحبكم إلي
وأقربكم منى مجلسًا يوم
القيامة قالوا بلى قال
أحسنكم خلقًا
وفي حديث ابي هريرة
رضي الله عنه
أكثر ما يدخل الجنة تقوى
الله وحسن الخلق
ومما يقوّي الترابط بين
الإخوة ويألّف قلوبهم
ويزيل ما في النفوس, أن
يحبّ المرء لأخيه ما يحبّ
لنفسه, وأن يكُفّ عنهم
الأذى باليد أو بالسان أو
غيره,
كما في الصحيحين من
حديث ابي ذرّ رضي الله
عنه قال:
قلت يا رسول الله أيّ
الأعمال أفضل قال الإيمان
بالله والجهاد في
سبيله, قُلْتُ فَإِنْ لَمْ
أَفْعَلْ ؟ قَالَ : تُعِينُ صَانِعًا
أَوْ تَصْنَعُ لأَخْرَقَ، قُلْتُ :
أرأيْتَ إنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ
العَمَلِ ؟ قَالَ : فكُفَّ شَرَّكَ
عَنِ النَّاسِ, فإنَّهَا صَدَقَةٌ
مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ
ومما تقتضيه المحبة
وحسن الخلق, الصفْح عن
عثْرات الإخوان وترك
تأنيبهم بها والحرص على
قلّة الخلاف والحرص على
لزوم الموافقة,
وإذا زلّ أحد اخوانك فاطلب
له تسعين عذرا, و لا
تشتغل بعيوب الناس
وتنسى عيب نفسك,
قال بعض الفضلاء:
المؤمن يطلب معاذير
اخوانه, والمنافق يطلب
عثْراتهم,
وأخيرا اعلموا
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
)90(
وحثّ على الإنصاف
والقوامة بالقسط ولو
على النفس أو الوالدين
أو الأقربين,
وأمر الله بالمسارعة إلى
ما يوجب مغفرته ويدخل
الجنة التي عرضها
السموات والأرض,
قائلا: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ
مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ )133( الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
)134(
وصلى الله وسلم على
نبينا وعلى آله وأصحابه
ومن اتّبعهم بإحسان الى
يوم الدين
Sumber: Darussalaf