Duck hunt


WAS-WAS DARI SETAN

Penulis:
Asy Syaikh Abdul Aziz bin
Abdullah bin Baz
Tanya:
ِSaya sering dikuasai rasa was-
was. Bila saya ingin melintasi
sebuah jalan, rasa was-was itu
menghantui saya hingga saya
merasa bahwa jalan yang saya
lalui salah, seharusnya lewat sisi
yang lain. Ketika hendak makan,
setan juga menyusupkan was-
was pada diri saya bahwa
makanan saya tidak sehat dan
menimbulkan mudarat.
Karenanya saya mohon nasihat
antum, semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberi balasan
kebaikan kepada antum.
Jawab:
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz
rahimahullahu menjawab:
“Was-was itu dari setan,
sebagaimana Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ
النَّاسِ. إِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ
الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Katakanlah (ya Muhammad):
Aku berlindung kepada Rabb
manusia. Rajanya manusia.
Sesembahan manusia, dari
kejelekan was-was al-
khannas.” (An-Nas: 1-4)
Al-Khannas adalah setan.
Maka wajib bagi anda wahai
saudaraku untuk berta’awwudz
kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dari was-was tersebut
serta berhati-hati dari tipu
daya setan. Dan hendaknya pula
anda berketetapan hati dalam
melakukan segala urusan anda.
Jika anda melewati sebuah jalan
maka mantapkanlah, terus anda
lalui hingga anda memang
mengetahui dengan yakin di
jalan tersebut ada sesuatu
yang akan mengganggu. Jika
memang demikian, tinggalkanlah.
Demikian pula ketika memakan
makanan. Jika anda tidak tahu
ada perkara yang membuat
makanan tersebut diharamkan,
makanlah serta tinggalkan was-
was yang ada. Saat berwudhu
juga demikian, terus kerjakan
dan tinggalkan segala was-was
yang mungkin membisikkan,
“Anda tidak menyempurnakan
wudhu”, “Anda belum melakukan
ini dan itu”, teruskan wudhu
anda selama anda pandang
telah menyempurnakannya. Lalu
pujilah Allah k. Demikian pula
saat anda mengerjakan shalat.
Hati-hatilah anda dari was-was
dalam segala sesuatu, yakinlah
itu dari setan. Bila anda
mendapati suatu was-was dalam
jiwa anda, berlindunglah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
setan serta teruskan apa yang
sedang anda lakukan.
Berketetapan hatilah hingga
membuat jengkel setan musuh
anda. Hingga pada akhirnya ia
tidak dapat menguasai anda
setelah sebelumnya dapat
melakukannya karena sikap
lembek anda kepadanya. Kita
mohon perlindungan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
kejelekan dan tipu daya
setan.” (Fatawa Nurun ‘Alad
Darbi, hal. 76)
Tanya:
Apa doa yang bisa dipanjatkan
agar terlepas dari was-was
setan?
Jawab:
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz
rahimahullahu menjawab:
“Seseorang dapat berdoa
dengan doa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala mudahkan
baginya, seperti ia mengatakan:
اللَّهُمَّ أَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ،
اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ،
اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنَ
الشَّيْطَانِ، اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ
مَكَائِدِ عَدُوِّكَ الشَّيْطَانِ
“Ya Allah, lindungilah aku dari
setan. Ya Allah, jagalah aku dari
setan. Ya Allah, tolonglah aku
untuk mengingat-Mu (berdzikir
kepada-Mu), untuk bersyukur
kepada-Mu dan membaguskan
ibadah kepada-Mu. Ya Allah,
jagalah aku dari tipu daya
musuh-Mu (yaitu) setan.”
Hendaklah ia memperbanyak
dzikir kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala, banyak membaca Al-
Qur`an dan berta’awwudz
kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala ketika mendapatkan was-
was, sekalipun ia sedang
mengerjakan shalat. Bila
gangguan was-was itu
mendominasinya dalam shalat,
hendaklah ia meludah (meniup
dengan sedikit ludah) ke kiri
tiga kali dan berta’awwudz dari
gangguan setan sebanyak tiga
kali.
Ketika ’Utsman bin Abil ’Ash Ats-
Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu
mengeluh kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang was-was yang
didapatkannya di dalam shalat,
beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkannya untuk
meludah ke kiri tiga kali dan
berta’awwudz kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dari
gangguan setan dalam keadaan
ia mengerjakan shalat. Utsman
pun melakukan saran Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tersebut. Allah Subhanahu wa
Ta’ala pun menghilangkan
gangguan yang didapatkannya.
Kesimpulannya, bila seorang
mukmin dan mukminah diuji
dengan was-was, hendaknya
bersungguh-sungguh meminta
kesembuhan dan keselamatan
kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dari gangguan tersebut.
Ia banyak berta’awwudz kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
setan, berupaya menepis
perasaan was-was tersebut,
tidak memedulikan serta
menurutinya, baik di dalam
maupun di luar shalatnya. Bila
berwudhu, ia melakukannya
dengan mantap dan tidak
mengulang-ulangi wudhunya. Bila
sedang shalat ia mantap
mengerjakannya dan tidak
mengulang-ulangi shalatnya. Bila
bertakbir (takbiratul ihram) ia
mengerjakannya dengan mantap
dan tidak mengulangi takbirnya.
Semuanya dalam rangka
menyelisihi bisikan musuh Allah
Subhanahu wa Ta’ala serta
dalam rangka menyalakan
permusuhan terhadapnya.
Demikianlah yang wajib dilakukan
seorang mukmin, agar ia menjadi
musuh bagi setan,
memeranginya, menepisnya, dan
tidak tunduk kepadanya. Bila
setan membisikkan kepada anda
bahwa anda belum berwudhu
dan belum shalat (dengan
tujuan menyusupkan was-was
hingga anda mengulang-ulangi
wudhu dan shalat karena
merasa belum mengerjakannya
dengan benar, -pent.), padahal
anda tahu anda telah
berwudhu, anda lihat sisa-sisa
air pada tangan anda dan anda
tahu anda telah mengerjakan
shalat, maka janganlah menaati
musuh Allah Subhanahu wa
Ta’ala itu. Yakinlah anda telah
shalat. Yakinlah anda telah
berwudhu sebelumnya. Jangan
anda ulang-ulangi wudhu dan
shalat anda serta
berta’awwudzlah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dari
musuh-Nya.
Wajib bagi seorang mukmin
untuk kuat dalam melawan
‘musuh Allah Subhanahu wa
Ta’ala’ (setan) hingga musuh itu
tidak bisa/mampu mengalahkan
dan mengganggunya. Karena
ketika setan dapat menguasai
dan mengalahkan seseorang, ia
akan menjadikan orang itu
seperti orang gila yang
dipermainkannya. Wajib bagi
mukmin dan mukminah untuk
berhati-hati dari musuh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, ber-
ta’awwudz kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dari
kejelekan dan tipu dayanya.
Hendaklah si mukmin itu kuat
dalam melawan setan serta
bersabar dalam menangkal
gangguan tersebut (tidak
mudah menyerah), sehingga ia
tidak menuruti setan untuk
mengulangi shalatnya,
wudhunya, takbirnya, atau yang
lainnya.
Demikian pula bila setan
mengatakan kepada anda,
“Pakaianmu itu najis”, “Tempat
ini najis”, “Di dalam kamar mandi
ada najis”, “Tanah yang anda
pijak ada najisnya”, atau
“Tempat shalatmu ada ini dan
itu”, jangan anda turuti ucapan
tersebut, tapi dustakanlah si
musuh Allah Subhanahu wa
Ta’ala itu. Berlindunglah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
kejelekannya. Tetaplah anda
shalat di tempat yang biasanya,
pakailah alas yang biasa anda
gunakan, di atas tanah yang
biasa anda pijak selama anda
tahu tempat itu bersih/suci.
Kecuali anda melihat dengan
mata kepala anda ada najis
yang anda injak dalam keadaan
basah barulah cuci kaki anda.
Ketahuilah hukum asal sesuatu
itu adalah berada di atas
thaharah/kesucian, sehingga
jangan menuruti musuh Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam
suatu perkara pun kecuali pada
diri anda ada keyakinan yang
anda lihat dan saksikan dengan
mata kepala anda. Itu semua
agar musuh Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak menguasai anda.
Kita mohon keselamatan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
semuanya.” (Fatawa Nurun ‘Alad
Darbi, hal. 77-78)
Darussalaf